KEPERGIANMU
Aku baru saja dibangunkan oleh jam wekerku. Itu tandanya sekarang sudah hampir jam tujuh. Tapi suasananya seperti masih jam setengah enam saja. Udara sangat dingin dan sinar matahari sepertinya tak mampu menerobos kabut yang begitu tebal. Benar saja, ketika aku membuka jendela kamarku, semua yang ada di luar tertutup kabut. Bahkan rumah-rumah di sekitarku tak dapat kulihat. Suasananya pun sepi, tak ada satu pun orang yang berjalan-jalan atau sekedar lari pagi. Kufikir mereka enggan untuk keluar dengan udara sedingin ini. Mungkin mereka lebih memilih untuk berdiam diri di rumah dan menikmati roti panggang dengan kopi panas.
“Hai, selamat pagi!” tiba-tiba terdengar suara seseorang yang membuyarkan lamunanku.
Orang itu ada di depan pintu gerbang rumahku. Dia belum jelas siapa, karena pandanganku tertutup oleh kabut yang kian menebal. Namun yang ku tahu, dia adalah seorang laki-laki yang memakai jaket hitam dan mengendarai motor besar. Kemudian dia berjalan menuju pintu gerbang dan membukanya. Lalu dia berjalan menuju ke depan pintu rumahku. Dengan segera aku berlari menuju ke pintu rumah untuk membukakan pintu untuknya.
“Hai, selamat pagi!” katanya lagi.
Aku benar-benar terkejut ketika melihat sosok itu. Tidak salah lagi, dia adalah seseorang yang telah kutunggu sekian tahun lamanya. Dan sekarang, dia berada tepat di depanku.
“Sean…,” kataku
Aku benar-benar tidak dapat menahan perasaanku. Kemudian Sean memelukku. Air mataku pun tak dapat ku bendung lagi.
“Sean…Aku benar-benar senang bisa melihatmu lagi,” Kataku sambil mengangkat kepalaku dari dada Sean.
“Aku juga, Renna,” jawab Sean sambil menatapku dengan tatapan yang selama ini aku rindukan.
“Kamu jangan menangis lagi, aku
“Sean, tanganmu dingin. Kamu pasti kedinginan ya? Ayo masuk!” kataku.
Aku mengenal Sean, saat kami masih duduk di bangku SMP. Kebetulan dia adalah teman sekelasku. Aku sangat dekat dengannya. Setiap hari kami berangkat sekolah bersama, pulang pun juga bersama. Kami juga selalu membuat janji akan terus bersama selamanya.
Akhirnya ketika aku dan Sean lulus SMP, kami melanjutkan ke SMA yang sama. Ketika itu aku mulai sadar bahwa aku tidak bisa jauh dari Sean. Saat Sean ada di dekatku,aku merasa terlindungi dan aku akan merasa selalu bahagia. Namun ketika Sean jauh dariku, aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupku.
YYY
Hari itu,adalah hari ulang tahun Sean. Aku telah mempersiapkan sebuah kado untuknya, yaitu sebuah sapu tangan. Aku yakin sapu tangan adalah sebuah benda dengan banyak arti. Kemudian aku berangkat ke rumah Sean untuk memberikan sapu tangan itu dan memberikan ucapan selamat ulangtahun untuknya. Karena kebetulan hari itu adalah hari Minggu. Namun setelah aku sampai di depan rumah Sean, aku tak melihat satu orang pun. Rumahnya saja tertutup rapat. “Kamu cari siapa, Ren?” tanya Keyla, temanku yang kebetulan tetangga Sean,”Kamu cari Sean,ya?”
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Keyla.
“Sayang sekali, Sean dan keluarganya udah pergi tadi pagi,” kata Keyla.
“Pergi? Kemana?” tanyaku.
“Mereka pergi ke Australi,” jawab Keyla.
Aku sangat terkejut mendengarnya. Air mataku sontak mengalir membasahi pipiku. Kemudian aku menceritakan tujuanku ke rumah Sean kepada Keyla.
“Renna, Sean tadi menitipkan
Kemudian Keyla menyerahkan sepucuk
Dear Renna,
Renna, mungkin saat kamu membaca
Jujur, aku sangat berat untuk meninggalkan
Sekali lagi, aku minta maaf.
LOVE YOU
Aku semakin tak bisa menahan rasa sedihku.
“Satu lagi yang Sean titipin ke aku. Dia pengen kamu tahu kalau sebenarnya, Sean itu cinta sama kamu,” kata Keyla.
Setelah itu aku pulang dan membawa sapu tangan itu kembali ke rumah. Aku hanya bisa berdo’a semoga Sean kembali lagi ke sini.
YYY
Setiap hari kupandangi foto Sean. Karena hanya itulah satu-satunya kenangan Sean yang tertinggal. Setiap kali aku memandang foto Sean, aku berkata dalam hati betapa tampannya temanku ini. Seandainya saja sekarang dia ada di depanku, pasti aku akan memeluknya dan mengatakan bahwa aku juga mencintainya.
Kisahku bersama Sean tak akan pernah aku lupakan dan akan terus kusimpan dalam lubuk hatiku yang paling dalam.
“Renna…,” panggil Sean tiba-tiba.
Panggilan dari Sean membuat lamunanku buyar. Ternyata Sean sudah ada di belakangku. Kemudian aku dan Sean kembali ke ruang tengah dengan dua buah cangkir coklat panas. Setelah itu kami duduk berhadapan di depan TV.
“Renna…,” kata Sean mengagetkanku,”Renna… Apakah kamu mencintaiku seperti aku mencintaimu?”
Lalu aku menjawab,”Sebenarnya dulu aku mencintaimu… Sekarang pun aku tetap mencintaimu dan selamanya aku akan tetap mencintaimu.”Saat mengucapkan hal itu, jantungku berdetak keras sekali,“Sean, aku punya sesuatu untuk kamu,” kemudian aku berlari ke kamar mengambil sapu tangan yang dulu akan ku berikan pada Sean.
“Dulu, aku akan memberikan sapu tangan ini ke kamu. Tapi kamu udah terlanjur berangkat ke Australi. Sapu tangan ini, bisa mengusap keringatmu saat kamu letih, dia juga bisa menghapus air mata kamu saat kamu menangis karena sedih atau karena bahagia. Sapu tangan ini juga bisa menghapus darahmu, ketika kamu terluka. Aku memberikan sapu tangan ini artinya aku bersedia berada di sampingmu saat kamu lelah, sedih, gembira, ataupun ketika kamu terluka. Aku juga berharap kita tidak akan pernah terpisah lagi. Aku nggak mau jauh dari kamu,” kataku ketika memberikan sapu tangan yang memang akan ku berikan ke Sean.
Tapi tak kuduga Sean malah bersedih.
“Sean…kamu kenapa? Apa kamu tidak senang dengan perkataanku?” tanyaku ke Sean.
Sean menggeleng. Dia mencoba untuk tersenyum, tapi matanya tak dapat membohongiku. Sangat jelas terlihat bahwa sekarang dia sedang bersedih.
“Maafkan aku, Renna!” kata Sean kemudian.
“Maaf? Maaf untuk apa?” tanyaku.
“Kita tidak akan pernah bisa untuk terus bersama,” kata Sean.
“Tapi kenapa? Apa kamu sudah menjadi milik gadis lain?” tanyaku ke Sean.
“Bukan…bukan itu, aku masih mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Mana mungkin aku menjadi milik gadis lain?” katanya,“Sejak dulu, aku mencintaimu dan berkali-kali aku mencoba menghubungimu. Aku juga berkali-kali mencoba pulang ke
“Maksud kamu apa, Yan?” tanyaku.
“Lebih baik aku pergi sekarang juga!” kata Sean sambil beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke luar.
“Sean tunggu! Kamu mau kemana?” tanyaku sambil berlari kecil menghampiri Sean.Kemudian Sean berhenti, dia menengok ke arahku. Kemudian aku menghampirinya. Lalu Sean memegang tanganku.
“Maafkan aku, Renna! Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkanmu, aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi kita nggak mungkin untuk bersama,” kata Sean.
“Aku nggak peduli. Pokoknya aku ikut sama kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya,” kataku.
“Sssssstttt…,Renna,lihat kabut itu! Semakin tipis, bukan?” kata Sean sambil menunjuk ke suatu arah dan aku mengikuti arah yang di tunjuk oleh Sean. Ketika aku sadar, Sean telah menghilang.
Ketika aku akan pergi mencari Sean, telepon rumahku berbunyi. Aku berfikir mungkin itu adalah telepon dari Sean. Kemudian aku memutuskan untuk mengangkat telepon dulu.
“Hallo…,” terdengar sapaan di seberang
“Hallo,Renna! Ini Keyla,” kata orang yang meneleponku yang ternyata adalah temanku,Keyla.
“
“Teman kita, Sean tadi jam 6 pagi kecelakaan dan meninggal,” kata Keyla sambil menangis.
Aku terkejut,”Key, becanda kamu nggak lucu tau!” kataku meyakinkan apa yang kudengar barusan hanya joke dari Keyla.
“Aku nggak lagi bercanda. Aku serius,” kata Keyla yang semakin membuatku terkejut.
“Nggak mungkin,tadi sekitar jam tujuh, Sean ada bersamaku di sini,” kataku lagi.
“Renna, kamu harus menerima keadaan sebenarnya,okey!” kata Keyla.
Kemudian Keyla menutup teleponnya. aku masih tidak percaya dengan semua yang telah terjadi. Aku masih menangis dan kupengangi cangkir coklat panas yang tadi diminum Sean. Mungkin hanya cangkir itu yang menjadi saksi pertemuan singkatku dengan Sean. Pertemuan yang begitu nyata dan tak pernah aku lupakan. Aku yakin walaupun di dunia nyata aku dan Sean tidak mungkin bersatu, tapi suatu hari nanti aku dan Sean pasti akan bersatu.
Selamat jalan Sean
Aku di sini akan selalu mendo’akanmu
happy triariyanto p.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar